EMPOWERMENT, STRES DAN KONFLIK : Definisi Empowerment,
Kunci Efektif Empowerment, Definisi Stres, Sumber Stres dan
Pendekatan Stres
1. Definisi
Empowerment
Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang
diadopsi dari kata “empowerment” . Menurut Webster dan Oxford English
Dictionary (Priyono dan Pranarka, 1996) kata empowerment atau empower
mengandung dua pengertian yaitu; pertama to give power or authority to, kedua
to give ability or enable . Jadi dapat dipahami pengertian pertama sebagai
memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak
lain. Sedangkan pada pengertian kedua dipahami sebagai upaya untuk memberikan
kemampuan atau keberdayaan.
1. Kunci
efektif Empowerment
Hulme dan Turner (1990:214-215)
berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan
sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk
memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun
nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif.
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan
kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.
1. Definisi
Stres
Hariandja (2002) mendefinisikan stres
sebagai situasi ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang
sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan adanya
kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan
kondisi fisik seseorang. Menurut penelitian Baker dkk (Rini, 2002) stres yang
dialami oleh seseorang akan merubah cara sistem kekebalan tubuh. Brealey
(2002) memberikan definisi stres sebagai suatu respon psikologis dari tubuh
terhadap tekanan yang diterimanya, khususnya berbagai kejadian yang mengancam,
menantang, atau mengandung unsur perubahan. Ketika tuntutan yang dibebankan
pada seseorang berlebihan atau melebihi kemampuan yang dimiliki maka akan
membuat seseorang tersebut berada dibawah stres yang berlebihan.
Menurut Morgan (Karman & Suyasa, 2004) stres adalah suatu keadaan internal yang ditimbulkan oleh adanya tuntutan fisik atau disebabkan oleh lingkungan dan situasi sosial yang dinilai membahayakan, tidak terkontrol atau mengancam keberdayaan diri seseorang. Keadaan internal disini merupakan suatu kondisi atau perasaan subyektif yang hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya. Schult dan Schult (Bachroni & Asnawi, 1999) mengatakan bahwa stress merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraan. Stres pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Stres timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan.
Menurut Morgan (Karman & Suyasa, 2004) stres adalah suatu keadaan internal yang ditimbulkan oleh adanya tuntutan fisik atau disebabkan oleh lingkungan dan situasi sosial yang dinilai membahayakan, tidak terkontrol atau mengancam keberdayaan diri seseorang. Keadaan internal disini merupakan suatu kondisi atau perasaan subyektif yang hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya. Schult dan Schult (Bachroni & Asnawi, 1999) mengatakan bahwa stress merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraan. Stres pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Stres timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan.
1. Sumber
Stres
Semakin berkembang dan majunya
teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan dalam
dunia makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang lebih
maksimal, stres dapat disebabkan oleh :
1. Sumber stres dari organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab
yang besar), struktur organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan
organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar.
2. Sumber stres dari kehidupan, seperti kehilangan pasangan hidup.
3. Kondisi pekerjaan, seperti kondisi lingkungan, baik lingkungan maupun
lingkungan kehidupan,overload,deprivational
stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.
4. Ambiguitas dalam berperan dan faktorinterpersonal.
5. Perkembangan karir.
6. Cita-cita, dan ambisi.
7. Kurangnya kontrol yang dirasakan.
8. Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
Menurut Cary Cooper (Rini, 2002) sumber
stres ada lima yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi Pekerjaan.
2. a) Lingkungan .
3. b)
4. c)Deprivational stress.
5. d) Pekerjaan beresiko tinggi.
6. Konflik Peran.
Perusahaan yang mempunyai struktur
organisasi yang kurang jelas, yaitu seperti perusahaan yang tidak mempunyai
garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang sering kali
tidak dikomunikasikan pada seluruh kita. Konflik peran juga dihadapkan pada
wanita terutama yang sudah menikah, serta ketidakjelasan pekerjaan yang
diberikan perusahaan pada kita.
3. HubunganInterpersonal.
Hubungan yang tidak baik dapat dilihat
dari gejala-gejalanya seperti rendahnya minat dalam memecahkan masalah yang ada
dalam organisasi, dan kepercayaan yang rendah. Adanya dukungan dari rekan,
keluarga, atau pihak manajemen diyakini dapat menghambat timbulnya stres.
4. Pengembangan Karier.
Bayangan akan
kesuksesan karir sering kali tidak sesuai dengan yang ada dikenyataan. Impian
dan cita-cita untuk mencapi prestasi dan karir yang baik sering kali tidak
terlaksana dikarenakan adanya ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan
penilaian prestasi, budaya nepotisme dalam
manajemen perusahaan, dan tidak adanya kesempatan lagi untuk naik jabatan.
5. Struktur Organisasi.
Struktur organisasi berpotensi menimbulkan
stres apabila diberlakukan secara kaku, kurang adanya kepedulian dari pihak
manajemen pada inisiatif kita, tidak pernah melibatkan kita dalam pengambilan
keputusan, dan tidak adanya dukungan untuk kreativitas kita.
1. Pendekatan
Stres.
Sumber pontensial stres memberikan
informasi kepada manajemen perusahaan untuk melaksanakan pendekatan
individu terhadap organisasional dalam mengatasi stres. Menurut Robbins, ada
dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1. Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung
jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah
terbukti efektif adalah:
– Teknik manajemen waktu
– Meningkatkan latihan fisik
– Pelatihan pengenduran (relaksasi)
– Perluasan jaringan dukungan sosial
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres
terutama tuntutan tugas dan peran, struktur
organisasi dikendalikan oleh manajemen.
Strategi yang digunakan:
– Perbaikan seleksi personil dan
penempatan kerja
– Penggunaan penetapan tujuan yang
realistis
– Perancangan ulang pekerjaan
– Peningkatan keterlibatan kerja
– Perbaikan komunikasi organisasi
– Penegakkan program kesejahteraan
korporasi
Dapus:
As’ad, M.
(1999). Psikologi Industri (Seri Ilmu Sumber Daya Manusia). Yogyakarta
:
Liberty.
Brealey,
Erika. (2002). Seri 10 Menit Menghilangkan Stres (terjemahan
Sara
C.Simanjuntak). Batam : Karisma Publishing Group.
Childre, D.
(2001). Mengatasi Stres Dalam Satu Menit : Freeze-Frame (terjemahan
Tim
Prestasi Pustaka). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hulme, David
& M. Turner. (1990). Sociology of Development:
Theories, Policies and
Practices. Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.
Robbins, P. Stephen. (2002). Perilaku
Organisasi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Prehallindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar