Stress
Pengertian
Manajemen Stress
Manajemen
Stres-Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar
dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sebagai
hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala Stres yang
dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau
fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja.
Secara
sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat Stres yang
dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Adapun
menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi
yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Dan apabila
pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka Stres itu sendiri adalah
suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena
adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka
Jadi, Stres
dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari
sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap
kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja
yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.
Manajemen
stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
(id.wikipedia.org)
Manajemen
stres adalah kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan
secara proporsional.
- Stres adalah reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita dan bagian dari sistem pertahahan yang membuat kita tetap hidup. (Erica , all-about-stress.com)
- Stres sudah ada sejak kita dalam kandungan dan tak pernah lepas dari kehidupan kita
A. Reaksi
Stress
- Reaksi fisik, reaksi yang mudah terlihat, sakit kepala, jantung deg-degan, hilang nafsu makan, tangan dingin dsb.
- Reaksi emosi, reaksi sifat ; marah-marah, cemas, mudah tersinggung, pesimis, dsb.
- Reaksi Kognitif, reaksi otak, berpikir negatif, sulit konsentrasi, sulit berpikir, dsb/
- Reaksi tingkah laku, reaksi sikap ; menarik diri dari pergaulan, tidur berlebihan, jadi pendiam, jadi kasar dsb
B. Sumber
stres
Tingkat
ekstrim pada Stress bisa disebabkan oleh keadaan krisis dan operasional kantor
sehari-hari. Stress karena krisis bisa disebabkan oleh reaksi emosional
terhadap : Kehilangan pribadi, trauma, kegagalan misi,kesalahan manusia,
pemberitaan media
Stress
karena operasi sehari-hari bisa disebabkan oleh reaksi emosional terhadap :
Tekanan, tuntutan terhadap karyawan, tanggung jawab peran, kesalah pahaman,
kebutuhan akan perhatian/penghargaan, antagonismen sistem pemerintah dan pihak
berwenang setempat
Secara umum
orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang
melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu
mengalami stress kerja.
Namun apakah
sebenarnya yang dikategorikan sebagai stress kerja? Menurut Phillip L. Rice,
Penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stress
kerja jika :
Urusan
stress yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat
individu bekerja.
Namun
penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang
terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga
menjadi penyebab stress kerja– Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan
juga individu Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak
untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut
C. Mencegah
Stress
Dapatkan
info memadai sebelum bertugas, pupuk kesehatan jasmani dan rohani,
- Keluarkan emosi,
- Gunakan waktu untuk relaks bersama keluarga (misalnya jangan tunda cuti RnR didaerah MERAH), ambil cuti bulanan dsb
D. Menyadari
Stress
Indikator
stres berat jika stres tidak dikelola dengan baik : Apati/lesu, depresi, tidak
bisa tidur, makan berlebihan, penyakit ringan yang kambuhan, tidak harmonis
dalam berteman, merosotnya efisiensi dan produktifitas, konsumsi alkohol
berlebihan dsb.
E. Mengelola
Stress
Akui bahwa
anda stress :
- Jaga kesehatan rohani anda (tetap berdo'a/ mendekatkan diri kepada YANG MAHA KUASA, keluarkan emosi anda
- kendalikan rasa panik, jaga kesehatan fisik dengan baik (berolah raga), tidur yang cukup, konsumsi makanan bergizi (Vit A, C dan B), Sering istirahat
- Relaksasi, Rekreasi dengan orang-orang terdekat (keluarga), Selalu berpikir positif, Pertimbangkan untuk melakukan konsultasi dengan orang lain atau psikolog profesional
F.
Konsekuensi Yang Ditimbulkan Stres di Tempat Kerja Pada Individu Pekerja dan
Organisasi.
Stres di
tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja.
Secara fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat
mengalami ganguan fisik seperti: sulit tidur, perubahan pada metabolisme,
hilang selera makan, perut mual, tekanan darah dan detak jantung meningkat,
gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak tangan yang berkeringat, dan
gatal-gatal.
Secara
psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada
emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan
dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja,
seperti: menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap
organisasi.
Bagi
organisasi, stres di tempat kerja dapat berakibat pada rendahnya kepuasan
kerja, kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi
positif, pengambilan keputusan yang buruk, rendahnya kinerja, dan tingginya
turnover. Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, stres di tempat kerja
pada akhirnya bisa menyebabkan terjadinya kerugian finansial pada organisasi
yang tidak sedikit jumlahnya.
G. Faktor
Pemicu Terjadinya Stres di Tempat Kerja.
Ada tiga
kelompok utama pemicu stres (biasa disebut stressor) di tempat kerja :
- Kelompok pertama adalah faktor pribadi, seperti: keluarga, ekonomi rumahtangga, dan karakteristik kepribadian. Adanya persoalan pada kehidupan pernikahan, perceraian serta anak-anak yang tidak disiplin dan sulit diatur; penghasilan yang kurang mencukupi pemenuhan kebutuhan rumahtangga dan gaya hidup; serta kepribadian yang tertutup, mudah tersinggung, perfeksionis, sangat berorientasi pada waktu dan hasil, merupakan beberapa contoh faktor pribadi yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja.
- Kelompok kedua adalah faktor organisasi, seperti: pekerjaan, peran, dan dinamika hubungan atau interaksi antar karyawan. Pekerjaan yang bersifat rutin, monoton, membutuhkan kecepatan dalam pengerjaan, dengan ruang atau lokasi kerja yang bising dan panas; tuntutan peran yang tidak jelas atau bertentangan dengan sistem nilai yang dianut; serta hubungan kerja antar rekan yang tidak cocok, apalagi bila diwarnai dengan adanya konflik mental maupun fisik, merupakan beberapa contoh faktor organisasi yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja. Selain itu juga budaya perusahaan yang sangat menekankan individualisme dan persaingan, struktur organisasi dengan kontrol dan komando yang ketat, kurangnya penguasaan terhadap teknologi yang digunakan, serta perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat di dalam perusahaan.
- Kelompok ketiga adalah faktor lingkungan, seperti: ekonomi, politik, dan teknologi. Ketidakpastian kondisi politik, krisis ekonomi negara yang berkepanjangan, serta perkembangan teknologi yang mengancam kelangsungan kerja merupakan beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja.
H. Strategi
Menangani Stres di Tempat Kerja
Kemampuan
individu dalam menangani stres di tempat kerja berbeda-beda. Dalam menghadapi
stressor yang sama, misalnya deadline waktu penyelesaian suatu tugas, tingkat
atau konsekuensi stres yang dialami bisa berbeda. Karyawan yang satu bereaksi
terhadap stressor tersebut dengan tetap rileks dan fokus. Sedangkan rekannya
terlihat panik dan tegang dalam penyelesaian tugas, serta menjadi mudah marah.
Secara
individu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan untuk mengendalikan
stres di tempat kerja. Cara tersebut diantaranya adalah dengan menerapkan
manajemen waktu, secara rutin melakukan latihan fisik dan mental seperti
olahraga dan relaksasi, serta membina jejaring sosial yang luas. Sedangkan
secara organisasi, ada lima strategi yang bisa dilakukan perusahaan untuk
membantu karyawan menangani stres di tempat kerja.
Kelima strategi
adalah: menghilangkan stressor atau pemicu stres, menjauhkan karyawan dari
stressor, mengubah persepsi karyawan terhadap stressor, mengendalikan
konsekuensi dari stres, dan menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang
menghadapi stres.
Contoh praktek
manajemen stres yang dilakukan perusahaan terkait dengan kelima strategi di
atas adalah: konseling klinis dan personal, uraian pekerjaan yang jelas,
jaminan kerja seperti asuransi dan tunjangan kesehatan, jam kerja yang
fleksibel, tempat atau sarana bagi karyawan melakukan meditasi, berolahraga
atau berkesenian, keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan dan
perubahan di perusahaan, serta program-program yang terkait dengan perbaikan
kesehatan karyawan.
I.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres
Kondisi-kondisi
yang cenderung menyebabkan Stres disebut Stressors. Meskipun Stres dapat
diakibatkan oleh hanya satu Stressors, biasanya karyawan mengalami Stres karena
kombinasi Stressors.
Menurut
Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya
Stres yaitu :
1. Faktor
Lingkungan
Keadaan
lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor
lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan Stres bagi karyawan yaitu
ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena Stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu
cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi
yang digunakannya.
2. Faktor
Organisasi
Didalam
organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan Stres yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational
leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Role
Demands
Peraturan
dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b.
Interpersonal Demands
Mendefinisikan
tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan
dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan
dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan
menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan
karyawan lainnya.
c.
Organizational Structure
Mendefinisikan
tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika
terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka
akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d.
Organizational Leadership
Berkaitan
dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi
dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada
hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta
karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal
pekerjaan saja.
Empat faktor
organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu sendiri adalah muncul dari adanya
kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan
oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau
permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan
dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins, 2001:563).
3. Faktor
Individu
Pada
dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi
antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang
akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang.
Sedangkan
masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan
tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap
individu yang dapat menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada
tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
J. Cara
Menanggulangi Stres
Karena
Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi
kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering
menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol,
narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi
dari gelaja stres.
Untuk
mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.
1. Lapis
pertama ~ primary prevention
Dengan cara
merubah cara kita melaku kan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki
skills yang relevan, misal-nya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill
mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
2. Lapis
kedua ~ Secondary prevention
Strateginya
kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi,
istirahat , meditasi, dst.
3. Lapis
ketiga ~ Tertiary prevention
Strateginya
kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta
bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.
K.
Indikasi/gejala stress
Bagaimana
kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa
gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
- Gejala fisiologik , antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst .
- Gejala psikologik , antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb.
- Tingkah laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
L. Dampak
akibat stress
Apakah
dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress dibedakan
dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan dampak perilaku~
behavioral
1. Dampak
Fisiologik :
Secara umum
orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah
masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau
menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang
lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
2. Dampak
Psikologik:
Adapun
dampak psikologik antara lain:
- Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’.
- Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’.
- Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses.
3. Dampak
Perilaku
Dampak
perilaku seperti:
- Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyaraka.
- Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
- Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
M. Penyebab
Orang Mengalami Stres
Stres yang
dialami oleh seseorang biyasanya selalu berkonotasi negatif karena akan
mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri dapat juga membantu proses
mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres
bisa meningkatkan glokosa yang menuju ke otak, yang memberikan energi lebih
kepada neuron.
Hal dapat
mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi lain
jika stres dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya
pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.
Adapun
hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut:
1. Faktor
Lingkungan
- Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka.
- Ketidakpastian Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
- Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom dimana-mana.
2. Faktor
Organisasional
- Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik pekerjaan.
- Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
- Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain hungan yang buruk.
3. Faktor
personal.
- Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga.
- Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.
- Berasal dari kepribadiannya sendiri.
Dari
berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang hadapi
secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak
diharapkan setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan.
Organisasi pun sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah
tersebut. Oleh karena itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan
supaya bisa menyelesaikan masalah tersebut agar tidak mengganggu
organisasi.
N. Dampak
Dan Akibat Dari Stress
Berbagai
tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti sangat sering
terjadi. Hal ini lah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu.
Semua bisa di atasi asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu
sendiri. Semakin seseorang mendapatkan tekanan diluar batas dari kemampuan
dirinya sendiri tentunya akan mengalami stres pula yang cukup berat dan sangat mengganggu
kerja otak termasuk dengan daya ingat.
Dampak dan
akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational Behavior (Robbin),
dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala Fisiologis, Psikologis, dan
Perilaku.
- Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung.
- Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja.
- Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.
Semua
gejala-gejala yang disebutkan diatas tentu sangat membuat ketidak nyamanan
setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan stres yang
dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stres yang tinggi dalam gejala
psikologis, seseorang bisa berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan yang
dirasa sudah cukup berat lah yang membuat dampak seperti itu.
O. Manajemen
stres atau cara mengatasi stress
Ada dua
pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1.
Pendekatan Individual
Penerapan
manajemen waktu
Pengaturan
waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres.
Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan
perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari
kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja,
beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore,
setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat disaat
itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
Penambahan
waktu olah raga
Dalam tubuh
manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik
dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang
dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali
atau 1 minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup
melakukan olah raga yang ringan.
Pelatihan
relaksasi
Setelah
melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang
menjadi relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari.
Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton
film sambil bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
Perluasan
jaringan dukungan social
Berhubungan
dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam
pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan
sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap
orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah
makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2.
Pendekatan Organisasional
Menciptakan
iklim organisasional yang mendukung.
Banyak
organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang
tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang
sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih
desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran
keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin akan
menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka lebih
banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau
mengurangi stres kerja mereka.
Adanya
penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada
dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan
berbede satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian
sangat menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan
Penyesuaiaan
penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu
perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik.
Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang
mencari ikan, tentunya akan kesulitan.
Mengurangi
konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik
dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga
terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan
peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres
itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri.
Setiap
bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga
ambigious itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa
mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu
kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
Penetapan
tujuan yang realistis.
Setiap
organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit
maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu
organisasi dapat dilihat dari skli yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya.
Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan
anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi
tidak bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi
yang jelas stres itu akan timbul.
Pendesainan
ulang pekerjaan.
Stres yang
terjadi ketika bekerja itu kemungkina terjadi karena faktor kerjaan yang sangat
berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah
membuat teknik cara pengerjaannya.
Terkadang
setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang
mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya
ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres.
Strategi
yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah terlebih
dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi
sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres
pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
Perbaikan
dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi
itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah
kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung dalam
satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan.
Komunikasinya
pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau
pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi
dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
Membuat
bimbingan konseling
Bimbingan
konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang
dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.
Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa.
SUMBER: http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-manajemen-stress-menurut-ahli.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar